Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Minggu, 26 September 2021 | 16:41 WIB
Pulau Bali (Google)

SuaraBali.id - Pembantaian tiga juta rakyat Indonesia pada 1965 hingga 1968 masih akan terus terkenang sebagai tragedi besar di tanah air, tetapi sampai saat ini masyarakat internasional masih bungkam terhadap kejadian tersebut.

Terpikat akan kekayaan alamnya, dunia luar amat mencintai keindahan Bali, tetapi soal pembantaian ratusan ribu penduduk Pulau Bali waktu itu, mereka tidak pernah tahu atau juga diam saja.

Hingga saat ini belum ada satu pun orang yang menyelidiki pelaku di balik penculikan dan pembunuhan Gubernur Bali Anak Agung Bagus Sutedja.

Seluruh Rakyat Indonesia tentunya berharap agar tragedi 1965 tidak terjadi lagi di masa depan. Untuk itu, seperti dilansir BeritaBali.com, hanya ada satu jalan, yaitu rekonsiliasi nasional.

Baca Juga: Kuburan Massal Korban Tragedi 1965 Menempati Pekarangan Rumah Warga Sragen

Namun, rekonsiliasi nasional membutuhkan kerendahan hati untuk saling bermaaf-maafan dan membangun kembali saling percaya di antara semua kekuatan nasional agar bangsa ini tidak mudah diadu domba lagi.

Hal ini memang mudah untuk ditulis dan diucapkan, tetapi membutuhkan perjuangan yang keras untuk mewujudkannya. Namun, tidak ada pilihan lain bagi bangsa ini untuk bisa kembali berjalan menuju cita-cita proklamasi 1945, Indonesia adil dan makmur.

Para korban peristiwa G30s/1965 baik yang dituduh PKI maupun yang tidak terlibat PKI, pada 30 September 2012 telah disucikan secara agama Hindu dengan upakara atma wedana dan agni hotra di Monumen Bajra Sandhi.

Kegiatan yang dimotori The Sukarno Center ini kali pertama dilaksanakan di Bali. Upacara yang dipimpin sulinggih dari Sarwa Sadaka ini bertujuan untuk menghapuskan dendam politik serta diskriminasi yang terjadi selama ini.

"Salah dan benar adalah urusan Tuhan. Korban tahun 1965 yang hilang dan tidak ditemukan jesadnya kami upacarai untuk menyucikan atma dan arwah beliau-beliau. Ini menjadi penghapusan dendam politik dan diskriminasi serta upaya rekonsiliasi," ujar Arya Wedakarna, Presiden The Sukarno Center.

Baca Juga: Terletak Berdekatan, Ini Batas Laut Pulau Bali dan Nusa Tenggara

Load More