SuaraBali.id - Syarat akan makna budaya dan kearifan lokal, pengrajin kain tenun endek khas Loloan masih eksis hingga sekarang. Sarung khas ini biasanya digunakan untuk tradisi khitanan anak dan acara pernikahan untuk mempelai laki-laki.
Dalam proses pengerjaannya, kain sarung ini dikerjakan dalam 1 hari dengan hasil 1 buah kain dengan tenaga 1 orang. Diketahui bahan benang masih dicari dari pulau Jawa. Untuk pengerjaan tenun biasanya dikerjakan sendiri, dimana bahan alat tenun dinamakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
Benang diolah kembali sesuai warna yang diinginkan. Hasil dari kain sarung tenun ini dijual seharga Rp480 ribu, dengan cara memesan barang tersebut.
Rahmat Hidayat (40) selaku pengusaha tenun Endek khas Loloan yang tinggal di Lingkungan Kerobokan Kelurahan Loloan Barat Kecamatan Negara, Jembrana mengatakan, untuk pesanan per-sarung dibutuhkan hanya satu hari. Dengan corak dan motif sesuai pesanan pelanggan.
Baca Juga: Lestarikan Budaya Indonesia dengan Memakai Batik di Kehidupan Sehari-hari
"Kami juga menyiapkan kain sarung tenun khas Loloan di rumah jika ada yang membeli bahkan meminta motif sendiri, akan tetapi yang paling dominan adalah motif endek dan pengerjaannya juga tidak mengalami kesulitan," katanya.
"Kesulitan ketika di masa pandemi awal hingga saat ini walau bisa bisa berjalan akan tetapi daya beli masyarakat menurun, hanya pesan-pesan orang menikah dan khitanan itupun tidak signifikan," ujar Rahmat Kamis (23/09/2021).
Rahmat Hidayat menambahkan, kerajinan ini tetap dijalankan di masa pandemi, untuk mempertahankan nilai budaya warisan leluhur. Kurang lebih 80 tahun menggeluti kerajinan tenun sarung khas Melayu.
"Budaya warisan leluhur tetap dilestarikan hingga dari kakek Suni Abdul Majid ke orang tua bapak Husien Suni yang sudah almarhum dan kini ke saya sebagai penerus kerajinan tenun sarung khas Melayu. Dan saya mewariskan ini sudah yang keturunan ke tiga dari generasi tersebut," Rahmat.
Ia mengakui kendala yang dihadapi saat ini adalah sumber daya manusia, karena anak-anak muda sekarang tidak mau ditempa dengan kesulitan, bahkan suka yang instan. Ia berharap agar pemerintah membuat pelatihan bagi anak muda agar mau dan suka berbisnis apalagi ini adalah warisan yang tetap harus dilestarikan.
Baca Juga: Pelabuhan Seperti Comberan, Agus Minta Jokowi Perbaiki dan Tiru Jepang
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
-
Masa Tenang Pilkada, Bawaslu Balikpapan: Bukan Masa yang Tenang
Terkini
-
Hujan Berpotensi Menurunkan Keinginan Warga Untuk Mencoblos ke TPS
-
Waspadai Fenomena Cold Surge yang Memicu Gelombang Tinggi di Laut Pada Periode Nataru
-
Korban Erupsi Gunung Lewotobi Akan Tinggal di Huntara, Satu Rumah Diisi 5 Keluarga
-
Turun Gunung, Ibunda TGB Minta Jemaah NWDI Dukung Rohmi-Firin Dan Jangan Dengar Siapapun
-
Kondisi DTW Jatiluwih Setelah Fodors Travel Menyebut Bali Tak Layak Dikunjungi 2025