Scroll untuk membaca artikel
Dythia Novianty
Senin, 06 September 2021 | 16:21 WIB
Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Kemenko Perekonomian)

SuaraBali.id - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan sebanyak 225,4 juta dosis vaksin Covid-19 datang ke Indonesia dalam 50 tahap.

Jumlah tersebut termasuk yang baru tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta pada siang ini yaitu lima juta dosis vaksin Sinovac dalam bentuk jadi.

“Secara keseluruhan Indonesia telah kedatangan 225,4 juta dosis vaksin dari berbagai merek baik berbentuk bulk maupun vaksin jadi,” kata Menko Airlangga Hartarto dilansir dari Antara, Senin (6/9/2021).

Dia memastikan bahwa stok vaksin sudah aman. Ia merinci, sebanyak 225,4 juta dosis ini meliputi 33 juta dosis Sinovac berbentuk jadi dan 153,9 juta berbentuk bulk, 19,5 juta dosis AstraZeneca, 8 juta dosis Moderna, 2,75 juta dosis Pfizer, serta 8,25 juta dosis Sinopharm.

Baca Juga: Sudah Vaksin COVID-19, Atlet Sumut Siap Berlaga di PON Papua

Menko Airlangga menegaskan masyarakat tidak perlu ragu, khawatir serta memilih-milih jenis vaksin yang akan digunakan karena pemerintah telah memastikan keamanan, mutu, dan khasiat dari vaksin yang ada.

Tak hanya itu, ia memastikan vaksin Covid-19 yang diterima Indonesia telah melalui proses evaluasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta rekomendasi dari Indonesia and Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), WHO dan para ahli.

“Tidak perlu memilih-milih karena vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia saat ini,” ujar Menko Airlangga.

Ia menambahkan pemerintah juga akan terus mempercepat akselerasi program vaksinasi karena terdapat 208,2 juta masyarakat Indonesia yang ditargetkan untuk menerima vaksin ini.

“Bapak Presiden memerintahkan kepada para menteri dan kepala daerah untuk mempercepat vaksinasi dan tentu perlu didistribusikan secara cepat ke masyarakat agar tujuan dapat tercapai secara merata,” ujar Menko Airlangga.

Baca Juga: Soroti Cakupan Vaksinasi Covid-19 Afrika Baru Dua Persen, WHO: Ini Tidak Bisa Diterima

Load More