Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Senin, 23 Agustus 2021 | 08:56 WIB
Tentara Jepang saat pendaratan di Bali [Beritabali.com].

SuaraBali.id - Perang Dunia Kedua meletus pada 1942. Mulai pertempuran Jerman melawan Tentara Sekutu atau Allied Forces di Prancis dan berbagai titik di Benua Eropa, akhirnya meluas hingga ke Asia Pasifik. Sebagai negera yang saat itu dijajah Belanda, Indonesia pun terkena dampaknya.

Dikutip dari Beritabali.com, jaringan SuaraBali.id, beberapa bulan sebelum kedatangan tentara Jepang di Bali dalam kaitan Perang Dunia Kedua itu, Belanda melakukan politik bumi hangus. Yaitu menghancurkan semua infrastruktur yang dinilai berpotensi menguntungkan Jepang.

Pelabuhan, gedung-gedung, jembatan, dan jalan dirusak. Sebuah jembatan panjang yang melintasi Tukad Balian di Surabrata, Tabanan, sengaja diputus Belanda. Begitu juga jembatan Sungai Yeh Saba dekat Busung Biu Buleleng, ikut menjadi korban.

Bukti-bukti ini bisa dijumpai dalam karya Drs. I Nyoman Sirna MPH, "Sang Guru, Sebuah Memoar Tentang Perjuangan dan Pengabdian", yang ditulis Indrawati Muninjaya.

Baca Juga: Wisata Bali: Hotman Paris Hutapea Jadi Sultan Boba di Kopi Kenangan, Mobil Sepuh Emas

Pada 19 Februari 1942, Jepang mendarat di Pantai Sanur. Tanpa perlawanan berarti Belanda, Jepang menduduki Pulau Dewata dalam waktu singkat.

Begitu mendarat, tentara Jepang langsung berkonvoi dengan truk militer menuju kota-kota di seluruh Bali.

Truk penuh serdadu Jepang ini menuju Kota Negara di Jembrana. Mreka bersorak-sorai saat melihat penduduk sepanjang perjalanan.

Sebagian besar warga Bali tercengang. Mereka terheran-heran melihat sosok-sosok asing melaju dengan truk ke arah barat.

Tubuh tentara Jepang pendek-pendek dengan bentuk mata khas. Mereka mengenakan seragam cokelat tua dengan topi berekor. Kain lebar di bagian belakang topi menutup tengkuk mereka. Topi berekor ini selalu berkibar jika tertiup angin.

Baca Juga: Wisata Bali: Strategi Pemasaran, Ireng Donat Dipromosikan ke Nakes Sudah Vaksin Ketiga

Load More