Anda akan menemui banyak penjor yang dipasang ketika hari raya besar umat Hindu, seperti Galungan. Penjor merupakan simbol gunung yang dianggap suci oleh masyarakat Hindu Bali.
Penjor biasanya akan dipasang pada hari raya Galungan setelah pukul 12.00 WIB sebagai simbol kemenangan setelah melawan pikiran kotor, maupun sisi negatif.
Adapun fungsi dan makna Penjor Galungan dalam kegiatan upacara dan hari raya agama Hindu di Bali, berkaitan erat dengan Galungan melambangkan pertiwi bhuwana Agung dan simbol gunung yang melambangkan kesejahteraan serta keselamatan.
Sehingga penjor berfungsi sebagai sarana perlengkapan upakara yang bernilai sakral.
Penjor biasanya akan dipasang di pekarangan rumah, kantor, ataupun tempat usaha tepatnya di sebelah kanan pintu masuk, dan lengkungnya mengarah ke jalan.
4. Nama Anak yang Serupa
Pada masa lampau masyarakat Hindu Bali, menganut sistem kasta serta urutan kelahiran dari sang anak. Namun dalam proses pengajarannya terdapat kesalahan dalam penerapan sistem warna yang berasal dari Veda.
Biasanya anak-anak di Bali akan memiliki nama-nama yang serupa karena adanya aturan ini, dan masih ada beberapa kalangan yang masih menggunakan sistem kasta dalam penamaan anaknya namun juga sebagian masyarakat telah meninggalkan pemberian nama berdasarkan kasta dengan menjadi lebih modern.
5. kuburan Angin, di Desa Trunyan
Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Resepsi Pernikahan di Bali, Dijamin Tak Terlupakan Seumur Hidup
Berbeda dengan kepercayaan Hindu Bali di sebagian besar daerah di Bali. Di mana jenazah tidak dibakar ataupun dikubur.
Setelah meninggal mayat-mayat ini akan diletakkan begitu saja di bawah sebuah pohon taru menyan.
Kemudian ditutup dengan kain putih dan dilindungi dengan pagar dari belahan bambu atau yang disebut dengan ancak saji.
Meskipun mayat-mayat ini tidak dikuburkan, tak ada bau busuk yang menyebar. Hal ini diduga dari adanya pohon taru menyan yang konon baunya sangat harum hingga bau mayat tak dapat tercium oleh warga sekitar.
Tak ditemukan secara pasti penjelasan terkait mengapa masyarakat di desa ini tak melakukan upacara pemakaman yang serupa dengan sebagian besar daerah di Bali.
Kontributor : Kiki Oktaliani
Tag
Berita Terkait
-
Melanie Subono Sentil Keras Mason Elephant Park Bali: Gajah Ditunggangi dan Dijadikan Kanvas Lukis
-
Niatnya Bikin Konten Nakal di Bali, Bintang OnlyFans Ini Malah Berakhir Didenda dan Dideportasi
-
Melalui Kolaborasi Global di Bali, BKSAP Dukung Penguatan Diplomasi Ekonomi Biru Berkelanjutan
-
Hey Bali Tawarkan Penitipan Barang Gratis Selama 4 Jam, Strategi Bangun Kepercayaan Wisatawan
-
Kemenpar Klarifikasi Isu Larang Airbnb, Ini Fakta Terkait Penataan OTA di Bali
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Apa Jasa Raden Aria Wirjaatmadja bagi BRI? Begini Kisahnya
-
TikTok Diprediksi 'Menggila' Saat Nataru, Trafik Data Bali-Nusra Diproyeksikan Naik
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu