SuaraBali.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG menyebutkan 5 daerah di Jawa Timur akan diterjang tsunami 29 meter. Namun hal itu baru potensi saja.
BMKG mengungkapkan hal itu berdasarkan simulasi dan pemodelan matematika terhadap data-data kegempaan dalam beberapa tahun terakhir. Hasilnya ada potensi tsunami setinggi 29 meter di pesisir selatan Jawa Timur.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan hal itu jumat pekan lalu.
"Berdasarkan sejarah dan data-data yang terekam sampai hari ini, kami menyusun simulasi dan pemodelan secara matematis potensi tsunami di Jawa Timur," kata Dwikorita.
"Hasil analisis kami untuk wilayah Jawa Timur, seluruh pesisir itu potensinya, tinggi maksimum 26 sampai 29 meter di Kabupaten Trenggalek dan waktu tiba tsunami paling cepat adalah 20 sampai 24 menit di Kabupaten Blitar," imbuh dia.
Data seperti sejarah gempa serta tsunami dan zona-zona berpotensi gempa di kawasan Jawa Timur.
Lebih lanjut ia membeberkan bahwa risiko tsunami paling besar terjadi di Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Pacitan, dan Lumajang. Karenanya BMKG meminta pemerintah setempat untuk mewaspadai risiko tsunami tersebut.
Dwikorita juga menjelaskan bahwa dalam lima tahun terakhir, sampai 2020, ada lonjakan aktivitas kegempaan di Jawa Timur. Pemicu gempa di Jawa Timur bersumber dari zona subduksi lempeng di Samudra Hindia dan sesar aktif di daratan.
"Potensi kejadian gempa bumi cenderung meningkat mendorong BMKG membuat rekomendasi ke pemda agar upaya mitigasi perlu segera ditingkatkan," jelas Dwikorita dalam presentasinya.
Baca Juga: Polisi Buru Operator Lapangan Suplier Pupuk Palsu di Tulungagung Selatan
Pada 2020, misalnya, telah terjadi 512 gempa di Jawa Timur naik dari 500 kejadian di 2019, dan 554 gempa di 2018. Gempa terbanyak terjadi pada 2016 yang berjumlah 655.
Lebih lanjut Dwikorita mengatakan bahwa di lautan selatan Jawa Timur, terdapat zona seismik gap atau zona celah seismik, tempat yang belum pernah diguncang gempa sejak 2008.
Zona-zona ini dikhawatirkan akan memicu gempa besar, karena belum melepaskan energi dalam waktu relatif lama.
Di zona inilah, kata Dwikorita, berdasarkan kajian Pusat Gempa Nasional, terdapat potensi gempa dengan magnitudo 8,7.
Tag
Berita Terkait
-
Alarm Keras DPR ke Pemerintah: Jangan Denial Soal Bibit Siklon 93S, Tragedi Sumatra Cukup
-
Bupati Adalah Conductor dan Arranger Program MBG di Daerah
-
Masyarakat Lumajang Merasakan Dampak Positif Penerapan Program MBG
-
Program MBG Bikin Ibu di Lumajang Kantongi Ratusan Ribu, Ekonomi Lokal Melesat
-
BMKG Rilis Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Sejumlah Kota, dari Pekanbaru Hingga Banten
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Batik Malessa, Dari Kampung Tipes Memberdayakan Perempuan dan Menggerakkan Ekonomi Keluarga
-
BRI Bersama BNI dan PT SMI Biayai Proyek Flyover Sitinjau Lauik Senilai Rp2,2 Triliun
-
Rekomendasi Rental Motor Murah di Bali Mulai Rp50 Ribu
-
5 Rekomendasi Penginapan Murah Meriah di Ubud Bali
-
7 Tempat Wisata Wajib Dikunjungi Saat Pertama Kali ke Bali