SuaraBali.id - Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Neo Letto, anak Cak Nun pernah menjadi atheis. Anak Cak Nun Atheis saat mencari pemahaman soal keberadaan Tuhan.
Langkah tersebut dilakukannya dengan pemikiran yang panjang sebelum akhirnya kembali memeluk agama Islam.
Sabrang merupakan sosok yang inkuisitif dan ingin banyak mencari tahu. Dengan begitu dia memutuskan untuk tidak percaya dengan keberadaan tuhan atau atheis.
“Pada agama itu saya tidak bisa lari dari modal dasar yang diberikan Tuhan. Saya tuh inkuisitif, saya enggak akan makan kalau saya enggak bener-bener punya train of thoughts yang jelas di situ. Salah satu contohnya, paling ekstremnya saya pernah juga atheis dengan sadar,” ujarnya dilansir dari kanal YouTube CAHAYA UNTUK INDONESIA pada Selasa (20/4/2021).
“Saya belum beragama ini, saya cuma mengadopsi konsep beragama sehingga belum betul-betul bersaksi terhadap Tuhan. Kalau syahadat sendiri kalimatnya bukan suruh percaya sama Tuhan, bukan suruh percaya sama Kanjeng Nabi. Suruh bersaksi. Saksi itu tidak denger-denger, tidak mengakusisi,” kata dia.
Pemikirannya yang panjang dan rumit membuat Sabrang me-reset kembali semua pengetahuannya, termasuk terkait agama yang ia anut.
Sabrang akhirnya sempat melakukan perjalanan ke Kanada dan tinggal di salah satu masjid untuk waktu yang cukup lama.
“Saya kemudian me-reset semuanya. Saya bukan siapa-siapa, saya engak tahu apa-apa. Jadi kalau saya mau masuk Islam atau tidak, saya pun juga enggak tahu,” Sabrang.
Dari situ, Sabrang kemudian bertemu dengan seorang Syeikh dan banyak bertanya soal agama. Menurut Sabrang, titik baliknya memutuskan untuk kembali memeluk agama Islam adalah karena jawaban yang diberikan oleh Syekh.
Baca Juga: MUI Serukan Umat Islam Ramai-ramai Cari Jozeph Paul Zhang
“Itu yang membuat saya masuk Islam itu jawaban Syeikh. Karena jawaban dia tidak menggunakan logika hitam putih, dogma. Jawaban dia menggunakan bias yang logic.”
Sabrang mengakui bahwa kapasitas pemahaman manusia tidak bisa menjangkau hal-hal yang telah tertuang dalam agama.
“Berarti ketidakmampuan saya memahami komprehensi agama itu bukanlah datang dari limitasi agama, tapi dari limitasi pemahaman saya dan data yang saya miliki.”
Berita Terkait
-
Hukum Mengucapkan Selamat Natal dari Muslim, Ini Penjelasan Para Ulama
-
Apa Saja 4 Jenis Perceraian dalam Islam? Tak Cuma Cerai Talak
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Rantai Pasok Indonesia dalam Bayang Bencana Alam: Pelajaran dari Aceh dan Sumatera
-
Bahas Poligami, Ustaz Riza Muhammad: Menikah dengan Satu Istri Lebih Baik
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Jadi Binaan BRI, La Suntu Tastio Mendapatkan Berbagai Pelatihan Usaha
-
Lewat BRImo, BRI Permudah Akses Reksa Dana Mulai Rp10 Ribu
-
Miliaran Rupiah Hilang! Ini Strategi Gubernur NTB Lawan Pemborosan Kendaraan Dinas
-
Resmi Dilarang! Kapolri Turun Tangan, Kembang Api Akhir Tahun di Bali Batal Total
-
5 Air Terjun Paling Eksotis di Bali Wajib Dikunjungi Wisatawan