SuaraBali.id - Tanaman porang menjadi primadona dalam beberapa tahun terakhir di Dusun Badingkayu, Desa Pengeragoan, Pekutatan, Jembrana. Tanaman ini bisa juga disebut Kulo-kulo atau Iles-iles
Seperti salah satunya petani penekun pertanian porang yakni Wayan Mario Utama (33).
Warga Badingkayu meyakini prospek komoditas porang dalam jangka waktu 5 tahun ke depan masih memiliki potensi pasar yang besar.
Sebelumnya ia adalah konsultan di Dinas Pekerjaan Umum (PU) berstatus tenaga kontrak.
Setelah meninggalkan pekerjaan itu, kini ia lebih mendalami porang.
Ia menuturkan, setidaknya saat ini di lahan seluas 1 hektar miliknya bisa dijumpai sekitar 10 ribu tanaman porang. Bukan saja satu lahan, di lain tempat seluas 30 are juga ia tanami porang.
Saat ditemui, ia menjelaskan peningkatan jumlah warga petani menanam porang dirasakannya mulai menggeliat sejak 4 tahun yang lalu di desanya. Diakuinya, hampir di tiap lahan pasti ada porang dengan usia yang bervariasi.
"Kebanyakan kita disini menanamnya dengan pola tumpang sari, agar tanaman yang masih produktif bisa dimanfaatkan sekaligus menerapkan pola tanam supaya mendapat perlindungan dari pohon sekitarnya," ujar Mario yang jebolan jurusan akutansi ini.
Seiring porang menjadi pembicaraan hangat di sektor pertanian, tampaknya apa yang digelutinya sejak 2018 masih berlanjut hingga sekarang.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 bagi Warga Lanjut Usia
Ia merasakan operasional lahan yang dibutuhkan adalah atensi serius saat tahap pemupukan.
"Perawatan sendiri sangat simpel dilakukan, hanya saja saat pemupukan perlu langkah yang tepat, apalagi pupuk organik, kita harus fermentasi dulu pupuknya," terangnya pada Jumat (19/2/2021) dikutip dari beritajembrana.com.
Disinggung hasil yang selama ini diperolehnya dari lahan seluas ini, ia pun sempat merasakan penjualan umbi sebanyak 5 kwintal yang disalurkannya ke pabrik maupun didatangi pengepul dari Jawa dengan harga per kilogram Rp8.000 - Rp12.000.
Penjualan ini sekaligus bisa meringankan beban pemeliharaan lahannya.
Tanaman porang punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Berdasarkan catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp 11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya.
Tanaman porang mengandung lebih dari 80% karbohidrat. Selain itu, porang juga memiliki kandungan konjac glucomannan atau yang lebih dikenal dengan sebutan glukomanan.
Berita Terkait
-
Warga Desa Jatiluwih Bali Gelar Aksi Protes dengan Tutupi Sawah
-
Prananda Prabowo di Bali, Buka Liga Kampung Soekarno Cup II dengan Doa untuk Korban Bencana
-
Pernah Jebol Argentina, Maouri Ananda Tetap Berlatih Meski Bali United Libur 10 Hari
-
Djakarta Warehouse Project 2025 Hadir dengan 67 Artis dan Pengalaman 10 Hari di GWK Bali
-
Ketika Kuliner Bali Menyatu dengan Alam: Perpaduan Rasa, Budaya, dan Kemurnian
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Menkeu Purbaya 'Sentil' Menteri Ara soal Lahan Rusun di Bali: Dia Bukan Bos Saya!
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran