Scroll untuk membaca artikel
Rima Sekarani Imamun Nissa | Fita Nofiana
Kamis, 22 Oktober 2020 | 13:18 WIB
Ilustrasi perempuan mengenakan gaun hitam. (Pixabay/Vijay Hu)

SuaraBali.id - Pernah dengar nasihat jika terlalu baik justru tidak baik? Bukan cuma wacana, menjadi terlalu baik rupanya bisa dikaitkan dengan masalah psikologis, yakni good girl syndrome.

Ya, menjadi orang yang terlalu baik, mengiyakan segala yang diinstruksikan, serta menghindari kesalahan hingga kritik malah bisa membuat seseorang tidak bahagia. Di sisi lain, itu dapat menjadi gejala good girl syndrome.

Pada dasarnya, good girl syndrome muncul sebagai hasil didikan yang menuntut Anda menjadi orang baik. Dalam Hello Sehat, dijelaskan bahwa tuntutan menjadi baik bagi orang lain dan sekitarnya memang diperlukan. Hanya saja, orang dengan good girl syndrome jadi menggantungkan harga dirinya pada kebahagiaan orang lain.

Good girl syndrome juga membuat seseorang memendam emosi dan keinginan diri sendiri demi kepentingan atau kebaikan orang lain. Hal ini karena mereka merasa dituntut untuk menyesuaikan diri dan bermain aman demi menghindari kritikan, konflik, kesalahan, maupun penolakan.

Baca Juga: Bersosialisasi selama Pandemi Bikin Tetap Waras, Begini 4 Cara Amannya

Ilustrasi perempuan mengenakan coat. (Pixabay/Anastasia Gepp)

Dikutip dari Hello Sehat, berikut beberapa ciri good girl syndrome, yakni:

  • Mudah cemas ketika ada perubahan
  • Merasa harus perfeksionis dan dituntut untuk selalu berprestasi
  • Takut membuat orang lain kesal
  • Bangga pada diri sendiri usai bantu orang lain meski merasa tertekan
  • Sulit mengatakan tidak pada ajakan orang
  • Terlalu terikat pada rutinitas
  • Menaati aturan dan menghindari konflik

Tak boleh diremehkan, good girl syndrom nyatanya bisa berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang. Kondisi ini bahkan bisa jadi penghalang untuk apa pun yang Anda impikan karena terlalu khawatir dalam mengambil keputusan.

Intinya, menjadi orang baik memang bagus, kecuali jika Anda terpaksa berubah demi orang lain. Alih-alih memberikan kebahagiaan, sikap ini justru bakal membuat Anda mengalami burnout.

Burnout sendiri merupakan tanda stres yang memengaruhi fisik dan emosional. Burnout kerap terjadi karena merasa kewalahan dengan perintah atau rasa tuntutan yang terus berdatangan tapi terlalu sulit jika harus memenuhi semuanya.

Baca Juga: Jangan Sampai Kecanduan, Berapa Lama Batasan Waktu Layar bagi Anak-Anak?

Load More