SuaraBali.id - Tradisi di Bali masih mempercayai perihal kelahiran Kembar Buncing atau yang dianggap orang manak salah. Kembar buncing sendiri adalah kembar laki-laki dan perempuan sekaligus.
Pada laman resmi Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, di Bali, meski bayi kembar yang terlahir adalah suatu anugrah bagi orang tua dan keluarga besarnya, namun kepercayaan akan Kembar Buncing di Bali ini justru membuat miris.
Wanita atau seorang Ibu di Bali yang melahirkan anaknya kembar (laki-laki dan perempuan) konon di masa lalu hal ini dianggap sebuah berkah atau keuntungan jika dari keluarga raja.
Air bekas memandikan bayi Kembar buncing itu bahkan diyakini masyarakat sekitar dapat menyuburkan sawah hingga ladang.
Baca Juga:Awalnya Dikira Kaki Boneka, Ternyata Orok Bayi Terlindas di Denpasar
Begitupun sebaliknya, jika kembar buncing ini dari keluarga yang sederhana, atau masyarakat biasa, dianggap sebagai sebuah bencana. Hal ini seringkali membuat keluarga yang bersangkutan menjadi dikucilkan.
Meski sudah menjadi suatu kepercayaan masyarakat sekitar, namun kembar buncing di zaman dahulu dan sekarang tentulah berbeda.
Dahulu yang dianggap menodai desa, kini tradisi kembar buncing sudah dihapus sesuai dengan keputusan DPRD Bali Tahun 1951.
Semua kelahiran manusia di dunia adalah berkah yang sudah seharusnya disyukuri bukan justru menjadi sesuatu yang disalahkan (manak salah).
Meski tradisi ini sudah dihapus, namun masih ada beberapa desa yang percaya dan terus melakukan ritual tersebut.
Baca Juga:Pungutan Wisman ke Bali Akan Dilakukan Saat Hari Pemungutan Suara Pemilu 2024
Kendati demikian, mereka hanya melakukan upacaranya saja, pihak keluarga tidak diasingkan, lantaran pemerintah Bali dan Parisdha Hindu sudah mengeluarkan keputusan tentang pelarangan pengenaan sanksi semacam itu.
Kontributor: Kanita Auliyana Lestari