Dari 620 Ribu Anjing di Bali Sebagian Masuk Kategori Anjing Liar

Vaksinasi Rabies pun dilakukan secara massif selain itu petugas juga melakukan eliminasi.

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 27 Januari 2023 | 08:43 WIB
Dari 620 Ribu Anjing di Bali Sebagian Masuk Kategori Anjing Liar
Petugas bersiap menyuntikkan vaksin rabies pada seekor anjing [ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto]

SuaraBali.id - Penyakit Rabies yang disebabkan virus lyssa menyerang hewan berdarah panas seperti anjing, kucing dan kera.

Virus ini pun marak di Bali dan menyebabkan korban jiwa.

Sedangkan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada menjelaskan bahwa rabies muncul pertama kali di Pecatu pada tahun 2008 dan dalam waktu singkat menyebar di seluruh Kabupaten/ Kota se-Bali.

“Tren saat ini, selain anjing, kucing dan kera, babi serta kambing juga bisa tertular virus rabies ini,” ujarnya dialog "Penangulangan Rabies Berbasis Keluarga" secara langsung di Denpasar, Kamis (26/1/2023) seperti diwartakan beritabali.com – jaringan suara.com.  

Baca Juga:Striker Persib Bandung Mimpi Bersama di Bali, Warganet Curiga Pindah ke Bali United

Di Bali yang menjadi fokus perhatian saat ini adalah rabies yang berasal dari anjing karena populasinya lebih banyak dibanding daerah lain.

Saat ini, populasi anjing di Bali tercatat sebanyak 620 ribu ekor dan ironisnya sebagian masuk kategori anjing liar.

Vaksinasi Rabies pun dilakukan secara massif selain itu petugas juga melakukan eliminasi.

“Ketersediaan vaksin saat ini mencapai 120 dosis, dan pada bulan Februari akan dipasok lagi sebanyak 30 ribu dosis. Jumlah itu sangat memadai untuk mengintensifkan gerakan vaksinasi,” terangnya.

Desa adat dan desa dinas juga membentuk Tim Siaga Rabies (TISIRA).

Baca Juga:Artis Tamara Bleszynski Digugat Saudara Kandung Sendiri Rp 34 Miliar

Selain vaksinasi, Kadistanpangan Sunada juga mengajak masyarakat untuk mengendalikan populasi anjing.

“Untuk mengurangi jumlah atau populasi anjing makan dapat dilakukan dengan cara mengebiri anjing jantan dan melakukan sterilisasi pada anjing betina. Ini merupakan langkah pengendalian populasi anjing sehingga jumlah anjing liar tidak semakin banyak. Dan lebih baik jika memelihara anjing untuk diikat atau di kerangkeng,karena apabila ada anjing rabies (anjing gila) yang diliarkan atau dilepas maka akan membahayakan banyak orang, terlebih si anjing menggigit seseorang, maka hal pertama yang akan diserang selain fisik, virus rabies akan menyerang otak,” ungkapnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Nyoman Gede Anom menjelaskan tata laksana penanganan gigitan anjing pada manusia.

“Ketika digigit anjing, segera cuci luka pada air mengalir dengan menggunakan deterjen. Karena virus penyebab rabies terbukti akan mati oleh sabun. Setelah itu tambahkan antiseptic lanjut periksa ke pusat layanan kesehatan untuk mendapat penanganan, termasuk vaksinasi,” urainya.

Ia mengingatkan bahwa penularan rabies bukan hanya terjadi karena gigitan, tapi bisa melalui paparan air liur hewan tertular rabies pada luka terbuka.

Jika hal itu terjadi segera lakukan pengecekan secara medis sebelum terjadi gejala klinis di masa inkubasi (selama 2 Minggu - 2 bulan setelah digigit).

Intinya penularannya dapat terjadi melalui air liur hewan rabies. Namun akan lebih baik bagi pemilik anjing untuk melakukan vaksinasi rabies secara berkala terhadap peliharaannya.

Tercatat pada tahun 2022 terdapat 34.858 korban gigitan anjing dan 680 korban yang terindikasi virus rabies sementara di tahun 2022 lalu terdapat 22 korban jiwa akibat virus rabies.

Apabila dilihat secara menyeluruh, di tahun 2008 terdapat 192 korban jiwa yang meninggal akibat virus rabies.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak