Sejarah Perlawanan Rakyat Bali Terhadap Penjajah, Salah Satunya Puputan Margarana

Perlawanan-perlawanan ini ditandai dengan meletusnya berbagai perang di Bali.

Rizki Nurmansyah
Sabtu, 14 Agustus 2021 | 16:05 WIB
Sejarah Perlawanan Rakyat Bali Terhadap Penjajah, Salah Satunya Puputan Margarana
Drama pengusiran penjajah di museum Perumusan Naskah Proklamasi,di Jakarta, Rabu (16/8).

Zaman Pendudukan Jepang

Setelah melalui beberapa pertempuran, tentara Jepang mendarat di Pantai Sanur pada tanggal 18 dan 19 Februari 1942. Dari Sanur ini tentara Jepang memasuki Kota Denpasar dengan tidak mengalami perlawanan apapun. Kemudian, dari Denpasar inilah Jepang menguasai seluruh Bali.

Mula-mula yang meletakkan dasar kekuasaan Jepang di Bali adalah pasukan Angkatan Darat Jepang (Rikugun). Kemudian, ketika suasana sudah stabil penguasaan pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan sipil. Karena selama pendudukan Jepang suasana berada dalam keadaan perang, seluruh kegiatan diarahkan pada kebutuhan perang.

Para pemuda dididik untuk menjadi tentara Pembela Tanah Air (PETA). Untuk daerah Bali, PETA dibentuk pada bulan Januari tahun 1944 yang program dan syarat-syarat pendidikannya disesuaikan dengan PETA di Jawa.

Baca Juga:HUT ke-63, Ini Sejarah Lahirnya Provinsi Bali

Drama pengusiran penjajah di museum Perumusan Naskah Proklamasi,di Jakarta, Rabu (16/8).
Drama pengusiran penjajah di museum Perumusan Naskah Proklamasi,di Jakarta, Rabu (16/8).

Zaman Kemerdekaan

Menyusul Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 23 Agustus 1945, Mr. I Gusti Ketut Puja tiba di Bali dengan membawa mandat pengangkatannya sebagai Gubernur Sunda Kecil. Sejak kedatangan beliau inilah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Bali mulai disebarluaskan sampai ke desa-desa.

Pada saat itu mulai diadakan persiapan-persiapan untuk mewujudkan susunan pemerintahan di Bali sebagai daerah Sunda Kecil dengan ibu kotanya Singaraja.

Sejak pendaratan NICA di Bali, Bali selalu menjadi arena pertempuran. Dalam pertempuran itu pasukan RI menggunakan sistem gerilya. Karena itu, MBO sebagai induk pasukan selalu berpindah-pindah.

Untuk memperkuat pertahanan di Bali, didatangkan bantuan ALRI dari Jawa yang kemudian menggabungkan diri ke dalam pasukan yang ada di Bali.

Baca Juga:Geger! Namanya Sama, Jenazah Covid-19 Tertukar di Gianyar Bali

Karena seringnya terjadi pertempuran, pihak Belanda pernah mengirim surat kepada pemimpin pasukan pejuang yakni Gusti Ngurah Rai untuk mengadakan perundingan.

Akan tetapi, pihak pejuang Bali tidak bersedia, bahkan terus memperkuat pertahanan dengan mengikutsertakan seluruh rakyat. Untuk memudahkan kontak dengan Jawa, I Gusti Ngurah Rai pernah mengambil siasat untuk memindahkan perhatian Belanda ke bagian timur Pulau Bali.

Drama pengusiran penjajah di museum Perumusan Naskah Proklamasi,di Jakarta, Rabu (16/8).
Drama pengusiran penjajah di museum Perumusan Naskah Proklamasi,di Jakarta, Rabu (16/8).

Pada 28 Mei 1946, Rai mengerahkan pasukannya menuju ke timur dan ini terkenal dengan sebutan "Long March". Selama diadakan "Long March" itu pasukan gerilya sering dihadang oleh tentara Belanda sehingga sering terjadi pertempuran.
Pertempuran yang membawa kemenangan di pihak pejuang ialah pertempuran Tanah Arun, yaitu pertempuran yang terjadi di sebuah desa kecil di lereng Gunung Agung, Kabupaten Karangasem.

Dalam pertempuran Tanah Arun yang terjadi 9 Juli 1946 itu pihak Belanda banyak menjadi korban. Setelah pertempuran itu pasukan Ngurah Rai kembali menuju arah barat yang kemudian sampai di Desa Marga (Tabanan).

Untuk lebih menghemat tenaga karena terbatasnya persenjataan, ada beberapa anggota pasukan terpaksa disuruh berjuang bersama-sama dengan masyarakat.

Puputan Margarana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini