Kontroversi Roy Chowdhury, Pelopor Penyembuhan COVID-19 dengan Diet Makanan

Banyak ahli yang menilai motode Biswaroop Roy Chowdhury membahayakan nyawa orang. Tapi itu dibantah Biswaroop Roy Chowdhury.

Pebriansyah Ariefana
Selasa, 04 Mei 2021 | 20:10 WIB
Kontroversi Roy Chowdhury, Pelopor Penyembuhan COVID-19 dengan Diet Makanan
Biswaroop Roy Chowdhury (Youtube Anand Link)

WhatsApp berkata bahwa mereka bekerja keras untuk membatasi penyebaran informasi bohong soal virus corona di platform mereka.

Sedangkan Telegram tidak memberi respons ketika dimintai tanggapan.

Chowdhury menampilkan dirinya sebagai sosok underdog yang berani melawan lembaga medis yang bermaksud menipu publik.

Dia menegaskan bahwa covid-19 "sama seperti flu biasa", meskipun faktanya virus itu jauh lebih mematikan.

Baca Juga:Mutasi India dan Afsel Masuk Indonesia, Satgas Covid-19: Jangan Panik

Kendati ada banyak bukti yang menunjukkan sebaliknya, ia mengeklaim bahwa masker tak membantu menghentikan penyebaran virus dan justru akan membuat para pemakainya sakit.

Dia telah mengooptasi kata dalam bahasa Urdu azaadi, yang berarti "kebebasan" - seruan yang menggema di banyak komunitas tertindas di India, untuk slogannya "masks se azaadi" ("kebebasan dari masker").

Biswaroop Roy Chowdhury (Youtube Anand Link)
Biswaroop Roy Chowdhury (Youtube Anand Link)

Dalam salah satu buku elektronik tentang virus corona buatannya, Chowdhury menawarkan 100.000 rupee, atau sekitar Rp18 juta, bagi siapa pun yang "bisa membuktikan bahwa vaksin telah membantu dengan cara apa pun".

Tentu saja, ada literatur penelitian medis yang sangat banyak selama beberapa dekade yang mendokumentasikan bagaimana vaksin telah membantu mengendalikan dan bahkan memberantas penyakit di seluruh dunia.

Tapi Chowdhury mengabaikannya sepenuhnya.

Baca Juga:Dalam 5 Hari, 8.080 Warga Yogyakarta Telah Divaksin di Sentra Vaksinasi Ini

Chowdhury mulai mengembangkan "obat" diet kontroversialnya sekitar satu dekade lalu.

Itu hanya salah satu dari untaian karier yang penuh warna dan beragam.

Setelah belajar sebagai seorang insinyur, ia mencoba-coba pembuatan film Bollywood dan bahkan menjadikan dirinya sebagai pemain dalam satu film.

Dia juga pemimpin redaksi dan pendiri India dan Asia Book of Records yang meniru, tetapi tidak berafiliasi dengan Guinness Book of Records.

Nilesh Christopher, seorang jurnalis dari situs teknologi Rest of World, berkata Chowdhury menjadi tertarik dengan nutrisi ketika istrinya tak bisa sembuh dari penyakit seperti flu.

"Apa yang dia katakan kepada saya adalah, dia mengunjungi beberapa dokter, dan mencoba mencari obat untuk itu, tapi tak ada yang bisa menyembuhkan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini