Salah Pengobatan Patah Tulang, Tangan Bocah Fauzi Diamputasi, Saraf Mati

Sudah menjalani 3 kali operasi, akhirnya tangan Fauzi diamputasi.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 22 Februari 2021 | 16:43 WIB
Salah Pengobatan Patah Tulang, Tangan Bocah Fauzi Diamputasi, Saraf Mati
bocah 5 tahun patah tulang (Solopos)

SuaraBali.id - Tangan bocah Muhammad Fauzi diamputasi karena salah pengobatan patah tulang. Bocah berusia 5 tahun itu harus kehilangan sebagian tangan kanannya.

Muhammad Fauzi adalah anak yatim asal Dukuh/Desa Karanganom, RT 006, Kecamatan Sukodono, Sragen, Jawa Tengah.

Tangan kanan Muhammad Fauzi melepuh akibat kesalahan penanganan patah tulang atau malapraktik oleh terapis di sebuah tempat pengobatan alternatif.

Kondisi tersebut menjadi mimpi buruk bagi Muhammad Fauzi. Sebab, setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim dokter RS Ortopedi Prof dr. Soeharso Solo, tangan kanan Fauzi terpaksa diamputasi.

Baca Juga:Waspada! Rutin Merokok dan Minum Alkohol Tingkatkan Risiko Patah Tulang

Dokter khawatir infeksi yang menyerang lengan Fauzi menjalar ke bagian tubuh lain jika tidak segera diamputasi.

Sukarelawan dari Komunitas Pecinta Alam dan Sosial (Kompas) Sukodono, Setyanto Agung Wibowo, mengatakan sebelumnya Fauzi sudah menjalani operasi pertama dan kedua untuk memulihkan jaringan saraf yang mati akibat infeksi.

Sayangnya, dua kali operasi yang dilakukan tim dokter dengan biaya lebih dari Rp60 juta itu belum cukup mampu memulihkan jaringan saraf pada lengan kanan Fauzi.

Atas dasar itu, tim dokter akhirnya mengambil keputusan berat dengan melaksanakan operasi ketiga, yakni mengamputasi lengan Fauzi yang dilaksanakan pada Kamis (18/2/2021) kemarin.

“Sebelum operasi ketiga, diobservasi dulu. Ternyata infeksi sudah menjalar. Menurut dokter, kalau tidak segera diamputasi, infeksi bisa cepat menjalar dan membahayakan nyawa Fauzi,” jelas Agung kepada Solopos.com, Senin (22/2/2021).

Baca Juga:Bocah 5 Tahun Patah Tulang, Diobati Alternatif, Malah Tangannya Melepuh

Operasi untuk mengamputasi lengan kanan Fauzi itu adalah pilihan paling berat bagi ia, keluarga dan sukarelawan yang sejak awal berjuang menghimpun dana untuk biaya pengobatan bocah yatim itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak