Tak Perlu Dipercaya, Ini Deretan Mitos Tentang Gula

Beberapa ahli percaya bahwa gula merupakan zat adiktif, benarkah demikian?

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah
Minggu, 24 Januari 2021 | 20:56 WIB
Tak Perlu Dipercaya, Ini Deretan Mitos Tentang Gula
Ilustrasi gula. (Shutterstock)

SuaraBali.id - Berkembang kepercayaan di masyarakat bahwa gula tidaklah bagus bagi kesehatan. Banyak orang pun kemudian memilih mengurangi konsumsi gula karena percaya karbohidrat tersebut dapat menyebabkan diabetes. T

idak hanya itu, beberapa orang juga percaya bahwa gula dapat membuat anak-anak menjadi hiperaktif dan ketagihan. Padahal, tidak semua informasi tersebut benar.

Melansir Medical News Today, berikut beberapa mitos yang hingga kini masih dipercayai orang-orang tentang gula:

1. Gula membuat ketagihan

Baca Juga:Awas, Kualitas Makanan dan Minuman Buruk Picu Diabetes Hingga Hipertensi

Beberapa ahli percaya bahwa gula merupakan zat adiktif. Salah satunya ahli yang menulis ulasan pada 2017 silam tentang konsumsi gula tambahan dengan efek seperti narkoba.

Namun, ulasan ini berfokus pada studi hewan.

Kepala Departemen Neuropsikofarmakologi dan Pencitraan Molekuler di Imperial College London, David Nutt, mengatakan hal sebaliknya.

"Saat ini tidak ada bukti ilmiah bahwa gula membuat ketagihan, meskipun kita tahu bahwa gula memiliki efek psikologis, termasuk menghasilkan kesenangan, dan ini hampir pasti dimediasi melalui sistem penghargaan otak," kata Nutt.

Tetapi meski tidak membuat adiktif, konsumsi gula berlebihan dapat berdampak pada kesehatan.

Baca Juga:Kontrol Gula Darah Pasien Diabetes Tipe 2, Cobalah Konsumsi Jeruk dan Tomat

2. Gula membuat anak hiperaktif

Banyak yang percaya bahwa memakan permen dapat membuat anak menjadi 'liar'. Faktanya, tidak bukti ilmiah tentang hal ini.

Hasil meta-analisis pada 1995 yang terbit dalam JAMA menunjukkan gula (terutama sukrosa) tidak memengaruhi perilaku atau kinerja kognitif pada anak.

3. Gula menyebabkan diabetes

Ini adalah mitos umum yang banyak dipercaya orang-orang hingga kini. Padahal sebenarnya, tidak ada hubungan langsung antar keduanya.

Mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi memang meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan berat badan berlebih atau obesitas.

Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor diabetes tipe 2. Sedangkan untuk diabetes tipe 1 faktor gaya hidup dan makanan tidak berperan.

Ilustrasi gula. (Shutterstock)
Ilustrasi gula. (Shutterstock)

4. Kita tidak boleh mengonsumsi gula

Mengonsumsi gula secara berlebihan memang berdampak pada kesehatan, sehingga masuk akal apabila Anda ingin mengurangi asupannya. Namun, tidak perlu sampai tidak mengonsumsinya sama sekali.

Misalnya, buah mengandung gula alami dan kita tidak perlu menghindarinya hanya karena kandungan tersebut. Sebaliknya, buah ini justru memberi manfaat bagi tubuh Anda.

Kuncinya adalah keseimbangan. Anda dapat mengurangi asupan gula dengan tidak mengonsumsi minuman yang berbahan dasar pemanis buatan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak