Seksolog Bahas Kelainan Seksual, Singgung Video Syur Gisel dan Nobu

Kelainan seksual eksibisionis disebut-sebut dalam kasus video syur Gisel dan Nobu. Kenapa?

M. Reza Sulaiman | Dini Afrianti Efendi
Jum'at, 08 Januari 2021 | 05:05 WIB
Seksolog Bahas Kelainan Seksual, Singgung Video Syur Gisel dan Nobu
ilustrasi video porno. (Shutterstock)

SuaraBali.id - Kelainan seksual eksibisionis disebut-sebut dalam kasus video syur Gisel dan Nobu. Kenapa?

Seksolog Zoya Amin justru tidak sependapat dengan anggapan Gisel dan Nobu memiliki penyimpangan seksual, yang berniat memamerkan aksinya ke khalayak umum dalam istilah psikolog disebut eksibisionis.

Ini karena rentang jarak antara video dibuat pada 2016, hingga saat tersebar pada 2020 membutuhkan waktu 4 tahun, dan tidak mungkin eksibisionis mampu menahan hasratnya hingga bertahun-tahun.

"Kalaupun Gisel eksibisionis, dia nggak akan nunggu 4 tahun baru disebarin videonya, mereka nggak sabar. Eksibisionis ini butuh banget, impulsif yang sangat tinggi, merekam lalu langsung menyebarkan, nggak bisa nunggu selama itu, tahunan," ujar Zoya saat dihubungi suara.com Kamis, (7/1/2021).

Baca Juga:Kasus Video Syur, Bomber Real Madrid Karim Benzema Segera Disidang

"Boro-boro nunggu tahunan, orang nunggu beberapa hari aja nggak tahan," timpal Zoya.

Eksibisionis adalah sebutan untuk orang yang mendapat kepuasan seksual saat memamerkan kegiatan seksualnya kepada orang lain atau orang banyak.

Salah satunya dengan cara merekam video dan menyebarkannya pada banyak orang.

Perempuan yang pernah menjadi saksi ahli di pengadilan untuk kasus video syur Ariel Noah ini menambahkan, perilaku Gisel dan pasien Covid-19 yang melakukan hubungan seks di RSD Wisma Atlet sangat jauh berbeda.

Zoya justru menduga kuat, jika pasien Covid-19 itulah yang berperilaku sebagai eksibisionis, yang dengan percaya dirinya bangga telah melakukan hubungan seks dengan perawat berseragam alat pelindung diri (APD), di mana seharusnya itu adalah konsumsi pribadi.

Baca Juga:Gisel Akui Salah Bikin Video Syur, Melaney Ricardo: Itu Suatu Keberanian

"Justru yang saya duga, kejadian tenaga medis dan pasien Covid-19 di wisma atlet itu justru saya melihat ada seksual narsistik dan eksibisionis. Kenapa? karena dia menyebarkan di sosial media," tutur Zoya.

Ia kemudian bercerita, pada awalnya kasus ini tidak akan jadi konsumsi publik jika ia tidak membuat pengakuan di sosial media, yang akhirnya membuat orang bertanya-tanya.

"Kan gara-gara dia nyebarin jadi ke mana-mana, masa segitunya privat disebarin terus dikasih lihat. Ini adalah masalah kode etik profesionalisme buat nakesnya," ungkapnya.

Sehingga Zoya lantas punya keyakinan besar, apabila ia diberi kesempatan memeriksa secara psikologis pada pasien Covid-19 tersebut, ia akan menemukan gejala dan kecenderungan perilaku eksibisionis.

"Buat pasien ini saya lihat agak narsis, ada kecenderungan dia esksibisionis, karena dia memamerkan. Dia (pasien) taruh di twitter nggak tahan mamerin," paparnya.

"Kalau saya boleh meriksa saya yakin banget dia pasti eksibisionis. Kalau dari gini aja udah kelihatan secara sosial, publik opini kecenderungannya (eksibisionis) tinggi banget, kriterianya sudah memenuhi," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini