Tetapi yang perlu diingat bahwa anak-anak kecil akan meniru apapun yang ia saksikan, tanpa berpikir apakah itu baik atau buruk.
6. Kenalkan anak-anak dengan keberagaman manusia
Cobalah untuk menunjukkan keragaman sebanyak mungkin, terutama saat mereka masih bayi. Paling mudah adalah dengan menunjukan anggota keluarga yang lain, di luar ayah dan ibunya. Seperti kakek nenek, bibi dan paman, teman, juga anak lain.
Menurut penelitian, bayi yang berinteraksi secara teratur dengan penutur bahasa yang berbeda dapat mempertahankan sinyal otak kritis yang membantu mereka mempelajari bahasa lain di masa depan.
Demikian pula, bayi yang melihat banyak ragam wajah merangsang kemampuan untuk bisa membedakan dan mengingat lebih baik ragam wajah di kemudian hari. Ini bisa menjadi caa mengajarkan anak anti-rasisme paling sederhana yang dapat dilakukan orangtua.
Baca Juga:Waduh, Toxic Parent Ternyata Bisa Diturunkan ke Generasi Berikutnya, Lho!
7. Biarkan anak mandiri bereksplorasi
Anak-anak suka mencoba berbagai hal sendiri tanpa bantuan, seperti berpakaian atau menyusun teka-teki. Tentu itu bagus. Bahkan tindakan yang terlihat seperti perilaku buruk, mungkin merupakan upaya anak-anak untuk memahami pengaruhnya. Ketika anak yang berusia dua tahun melempar anggurnya ke lantai dan menunggu orangtuanya untuk mengambilkan, bukan berarti anak bermaksud nakal. Kemungkinan besar, dia ingin tahu sesuatu tentang tindakannya akan berdampak seperti apa jika dilakukan.
Mengetahui kapan orangtua harus turun tangan dan kapan harus membiarkan anak, memang menjadi tantangan. Namun jika orangtua selalu hadir, membimbing, dan mengurus setiap kebutuhannya, anak justru tidak belajar melakukan berbagai hal sendiri.
Terkadang, membiarkan anak berjuang membangun ketahanan dan membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakannya juga perlu dilakukan.