Jurus Jitu Afrika Selatan Atasi Kemarau "Mematikan"

Ilmuwan asal Afrika Selatan memiliki jurus jitu mengatasi musim kemarau.

Dythia Novianty | Lintang Siltya Utami
Senin, 30 November 2020 | 07:53 WIB
Jurus Jitu Afrika Selatan Atasi Kemarau "Mematikan"
Ilustrasi musim kemarau - (Pixabay/dekel)

SuaraBali.id - Masyarakat Afrika Selatan tengah mengalami masalah dengan musim kemarau "mematikan". Untuk itu, para ilmuwan berencana "meredupkan Matahari" secara permanen. 

Rencananya, sejumlah besar gas akan dilakukan pemompaan ke atmosfer di atas Cape Town, ibu kota Afrika Selatan, untuk menjaga persediaan air setempat. Menurut para ahli dari Universitas Cape Town, rencana tersebut diharapkan akan secara signifikan mengurangi kemungkinan krisis air.

Kekhawatiran akan kekeringan "Hari Nol" yang melanda wilayah itu telah menghantui selama bertahun-tahun. Hari Nol sendiri merupakan titik di mana tidak ada cukup air untuk semua orang di Afrika Selatan.

Krisis iklim yang semakin meningkat, kemungkinan musim kering seperti itu melanda Cape Town akan tiga kali lipat pada 2100. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan minggu lalu di jurnal Environmental Research Letters, para ilmuwan menguraikan satu rencana gila untuk menghindari bencana semacam itu.

Baca Juga:Ilmuwan China Sebut Covid-19 Berasal dari India atau Yunani

Dilaporkan oleh surat kabar Afrika Selatan The Mail, rencana tersebut kontroversial, baik karena dampak iklim dan implikasi geopolitiknya. Para ilmuwan menyarankan untuk memompa partikel gas sulfur dioksida ke atmosfer. Gas akan membentuk awan besar di atas Cape Town yang memantulkan sinar Matahari sehingga meredupkan lingkungan di bawahnya.

Menurut para ahli, taktik sci-fi ini dapat mengurangi kemungkinan kekeringan Hari Nol melanda Cape Town pada 2100 hingga 90 persen. Tujuannya adalah untuk menghentikan iklim Cape Town agar tidak semakin buruk, seiring berjalannya waktu dan menjaga kemungkinan terjadinya kekeringan besar saat ini.

Meski begitu, para ilmuwan menekankan bahwa temuan tersebut tidak boleh digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Dilansir New York Post, Senin (30/11/2020), mendapatkan persetujuan atas rencana gila ini akan menjadi tantangan bagi para ilmuwan.

Gagasan menyuntikkan gas ke atmosfer untuk mengekang efek pemanasan global, sebelumnya telah dikecam para ahli lainnya dan menyebutnya sebagai gangguan, yang berpotensi berbahaya pada sistem iklim.Bahkan dalam makalah Desember 2018, kelompok advokasi sains Climate Analytics mengatakan, penerapan sistem semacam itu kemungkinan besar akan menjadi sumber konflik besar antar negara.

Baca Juga:Iran: Israel Bertanggung Jawab Atas Kematian Ilmuwan Nuklir Fakhri Zadeh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak